Minggu, 17 Februari 2013

Swedia, Negara Maju Dalam Mengelola Sampah


Duta Besar Swedia, Ewa Ulrika Polano, hari ini berkunjung ke Aceh untuk bertemu dengan Gubernur Aceh Zaini Abdullah. Pertemuan tersebut berlangsung di Meuligoe Aceh pada pukul 14.00 wib siang ini, Senin, 4 Februari 2013.
Selain Swedia, juga ada tiga Duta Besar lainnya dari negara-negara Skandinavia yaitu Negara Denmark, Findlandina dan Norwegia.
Bagi masyarakat Aceh Negara Swedia tidak asing lagi. Pada masa konflik Swedia sering dijadikan salah satu negara untuk mencari suaka politik. Bahkan Gubernur Aceh Zaini Abdullah pernah lama tinggal di negara tersebut.
Negara yang memiliki empat musim ini memang sangat damai dan makmur. Ia menjadi salah satu tujuan pencari suaka seperti timur tengah. Kemakmuran negara ini menjadi daya tari bagi siapapun untuk mencari kehidupan yang tenang.
Tingkat kemiskinan di Swedia termasuk paling rendah di dunia, dan pembagian kekayaannya cukup merata pada populasi penduduknya. Masyarakat Swedia juga dikenal dekat dengan alam dan produktif. Semua ini tentu menyumbang kualitas kehidupan yang tinggi. Masyarakat Swedia juga dikenal sebagai salah satu pembayar pajak tertinggi di dunia.
Selain itu negara ini juga dikenal sangat maju dalam pengelolaan sampah. Dalam data statistik Eurostat, rata-rata jumlah sampah yang menjadi limbah di negara-negara Eropa adalah 38 persen. Swedia berhasil menekan angka itu menjadi satu persen.
Swedia adalah negara terbesar ke-56 di dunia, dikenal memiliki manajemen sampah yang baik. Mayoritas sampah rumah tangga di negara ini bisa didaur ulang. Namun dampaknya Swedia kini kekurangan sampah untuk bahan bakar pembangkit energi.
Menariknya Swedia kini mengimpor 800 ton sampah pertahun dari negara-negara tetangganya di Eropa. Mayoritas sampah tersebut berasal dari Norwegia. Sampah-sampah ini sekaligus untuk memenuhi program Sampah-Menjadi-Energi (Waste-to-Energy) di Swedia. Dengan tujuan utama mengubah sampah menjadi energi panas dan listrik. Namun mereka tidak mau mengimpor sampah-sampah yang dianggap beracun

Sumber: http://atjehpost.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar