Selasa, 22 April 2014

Kisah Piluuuuuuuuuuuu............ TPSS kuuuuu



Warga yang tinggal dekat TPSS akan merasakan perkembangan TPSS dari hari ke hari berjalan ke arah yang lebih buruk.  Diawali bertahun-tahun yang lalu ketika Pondok Sukmajaya baru berdiri sehingga pengangkutan sampah belum  terkelola dengan baik. Beberapa warga termasuk alm Bp. Darmanto (dulu beralamat di blok c2 no 5, persis depan tpss sekarang) berinisiatif mengurusnya ke DKP.  Dengan perjuangan yang tidak mudah, menunggu berjam-jam di DKP, bolak balik ke DKP, akhirnya dapatlah izin untuk pengangkutan sampah.  Bahagialah warga, kini sampah bukan masalah lagi.
Hari-haripun dijalani. Truk berkeliling ke rumah-rumah mengambil sampah. Kondisi ekonomi warga  membaik. Sebagian besar telah memiliki mobil bahkan lebih dari satu. Namun ternyata hal ini menimbulkan masalah baru. Warga yang tinggal di blok berjalanan sempit mengeluh karena  truk sulit masuk ke gang mereka sebab gang itu sudah diisi mobil-mobil pribadi yang seharusnya mobil tersebut di dalam garasi. Aneh benar cara berpikirnya, bukannya memasukkan mobil malah melarang truk masuk.
Demi kebaikan bersama, akhirnya disepakatilah tanah kosong di samping kelurahan untuk tempat penampungan sampah sementara untuk RW 3. Gerobak sampah akan mengangkut dari rumah2 ke tpss lalu truk mengangkutnya ke tempat pembuangan akhir. Melihat kemudahan ini, RW 2 mengaku sebagai saudara RW 3 merasa berhak juga membuang di tpss itu. Tanah fasum RW 3 berarti tanah fasum RW 2 juga karena satu komplek, begitu dalilnya. Jadilah tpss milik dua RW.
Namun apa hendak dikata, kisah tpss semakin memburuk. Setelah sekeliling pondok sukmajaya berkembang, dihuni banyak orang, sekarang begitu banyak orang membuang sampah tanpa kendali. Tpss pun menjadi semakin kumuh dan membahayakan kesehatan. Anehnya, setelah pengurus RW lama mengetahui ada orang lain buang di tpss, bukannya melarang malah mengambil pungutan dengan alasan untuk operasional tpss. Kalau warga dua RW tidak sanggup membiayai operasional tpss, seharusnya kebijakan yang diambil adalah : TUTUP TPSS. Kalau RW 3 mengijinkan orang lain buang di tpss baik membayar ataupun tidak, bisa dibayangkan tpss itu akan menjadi tpss se kelurahan, kecamatan bahkan se kota Depok! TPSS adalah singkatan dari Tempat Pembuangan Sampah Selamanya. Lihat, dari peruntukan hanya RW 3, berkembang menjadi se kelurahan. Sungguh hebat.
Melihat perkembangan yang semakin buruk, bukan hal yang mustahil bila suatu saat warga blok C1 dan C2 yang selama ini tidak dipedulikan, akan menutup sepihak tpss.  Rasanya tidak berlebihan bila warga-warga tersebut yang sebagian besar sepuh, menikmati masa tuanya dengan udara segar. Silakan truk berkeliling ke rumah2. Bagi warga yang ingin sampahnya diambil, segera singkirkan mobil-mobil pribadi dari jalanan, buka semua palang-palang jalan. Kalau tidak mau, sampahnya tidak usah diambil!  Sangat mengherankan, jalanan yang seharusnya menjadi sarana umum, ditutup dan dijadikan garasi atau jalanan pribadi. Sedangkan TPSS yang seharusnya hanya milik warga pondok, menjadi terbuka untuk siapa saja. Ya Allah, berikan kami pemimpin yang adil....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar